SELAMAT DATANG DI WILAYAH ANTI KRITIK !!!

SELAMAT DATANG DI WILAYAH ANTI KRITIK !!!

Saturday, May 26, 2007

Ancaman Bagi Kebebasan





(berpolitik.com): Pemecatan terhadap Wimar Witoelar merupakan ancaman bagi siapapun. Pasalnya, meski tindakan semena-mena itu tertuju pada seseorang, namun terjadinya di ranah publik yang bernama televisi.

Dalam pandangan pengamat Politik, Ray Rangkuti, jika benar pemecatan Wimar melibatkan tangan-tangan kekuasaan, sudah sepatutnya semua pihak mulai waspada. Baginya ini sinyal buruk bagi kebebasan individual, apalagi terjadinya di ibukota negara. "Ini bukan lagi persoalan Wimar, tapi persoalan kebebasan di ruang publik." ujar Ray Rangkuti, kordinator Lingkar Madani tatkala dihubungi berpolitik Kamis (24/5) malam.

Masyarakat,kata dia, sudah saatnya untuk lebih waspada. Pemecatan itu menunjukkan adanya kecenderungan penggunaan mesin birokrasi dan politik untuk kepentingan golongan atau individu tertentu. "Ini jelas ancaman bagi kebebasan," katanya.

Secara khusus Ray meminta pihak televisi agar lebih tegas bersikap. "Pengelola televisi sudah saatnya tidak gentar terhadap setiap ancaman yang dilontarkan siapapun. Pengelola televisi harus berani bilang tidak. Sekali menuruti, maka selamanya televisi bakal terus diintervensi," ingatnya.

Selain itu, Ray juga berharap DPRD Jakarta juga memberikan peringatan terhadap pejabat publik agar tidak mempergunakan dana APBD untuk kepentingan individunya, termasuk untuk berkampanye. Jika DPRD berani melakukan teguran, maka KPUD Jakarta juga secara moral juga bisa meminta kepada para bakal calon kepala daerah untuk tidak mempergunakan dana publik bagi kepentingan kampanyenya.


Dibilang Berhalangan hadir
Sementara itu, acara Gubernur Kita (GK) mulai Kamis malam (24/5) mulai tampil tanpa sosok Wimar sebagai panelis yang mewakili (suara) publik. Ketika membuka acara, Effendi Ghazali yang bertindak sebagai host menyatakan ketidakhadiran Wimar karena yang bersangkutan berhalangan hadir.

Narasumber malam itu, Sarwono Kusumaatmadja menyayangkan ketiadaan Wimar dalam acara GK. Menanggapi komentar Sarwono itu, Effendi bilang,"Bagi kami, kita tetap membutuhkan Wimar untuk mengawal pilkada."

Ketika dihubungi seusai penayangan acara GK itu, Wimar kembali menegaskan ketidakhadirannya dalam acara tersebut bukan karena dirinya berhalangan hadir namun karena memang sudah tidak diperkenankan lagi oleh pihak pengelola televisi. "Saya diberhentikan,"tegasnya kepada berpolitik.com via telepon, Kamis malam (24/5).

Menurut pengelola perspektif online ini, sudah dua bulan terakhir ini Produser Jak TV, Martin Mohede, membujuk dirinya agar mau mengundurkan diri dari GK. Aksi persuasif itu dilakukan karena penutupan acara Wimar's World (baca laporannya:di sini), nyatanya tak menghambat Wimar untuk terus menyampaikan komentar-komentarya yang tajam, meski sering diimbuhi dengan gurauan di sana-sini dalam acara tersebut."Sorry nih kita sudah tidak bisa bekerja. Pak Sutiyoso nggak mau datang, kita tak bisa (meliput) ke balaikota," ujar Wimar mengulang pernyataan pihak Jak TV kepada dirinya ketika menyampaikan penutupan Wimar's World.diimbuhinya, "Jadi tekanannya bukan dalam bentuk fisik."

Mulanya, kata Wimar, dirinya diminta agar bicaranya tidak terlalu bebas. Ketika balik ditanya apa definisinya, pihak Jak TV kebingungan sendiri. Akhirnya mereka meminta Wimar tak lagi menyebut-nyebut nama Sutiyoso.Sepertinya Gubernur Jakarta ini merasa tak sreg dengan pernyataan-pernyataan Wimar. "Rupanya orang yang tak suka dengan saya merasa lebih mudah menekan Jak TV ketimbang menekan saya,"ujar WW, begitu ia biasa disapa kalangan dekatnya.

Karena itu Wimar berkesimpulan, komentar-komentarnya soal iklan Fauzi Bowo hanyalah pemicu saja. Akar permasalahannya bukan soal itu. Pihak direksi Jak TV khawatir dukungan Sutiyoso terhadap mereka bakal putus sama sekali. "Harusnya jika Jak TV itu memang pendukung Sutiyoso, mereka jangan mengundang panelis independen seperti saya. Cukup undang panelis yang jadi tim suksesnya salah seorang kandidat saja," ujar bekas juru bicara kepresidenan di masa Gus Dur ini.

Martin Mohede, produser acara Jakarta TV, menyangkal adanya tekanan dari siapapun dibalik pemecatan Wimar. Kepada detik.com (21/5), Martin menegaskan, pemberhentian tersebut dilakukan karena Wimar dinilai telah melanggar komitmen bersama, yaitu tidak menjelek-jelekan orang lain.

Yang menarik, Kepada Media Indonesia (23/5), Martin mengajukan argumentasi yang berbeda. Pemberhentian itu, kata dia, terkait dengan upaya perubahan untuk menunjang proses kreativitas dan proses penyegaran secara bertahap. "Pergantian ini dilakukan supaya memberi warna baru. Mungkin kami akan terus mengganti panelis supaya acara ini tetap menarik,"katanya.

Ketidakonsisten argumentasi Martin jelas mengundang tanya. Bahkan menguatkan sinyalemen adanya sesuatu dibalik pemecatan Wimar itu. Sebagaimana dinyatakan Faisal Basri, hal itu jelas akan menganggu kredibilitas acara GK. Tak heran jika Wimar turut khawatir terhadap keberlangsungan acara GK.

"Yang paling wajar itu kalau saya diberhentikan oleh Gubernur Kita. Karena saya diberhentikan oleh Jak TV, GK semestinya harus ambil sikap."Kalau tak ambil sikap, (GK) harus hati-hati dengan publik. Bukan karena mereka mendukung saya, tapi mendukung kebenaran," ingatnya. Sebagaimana diketahui, acara GK merupakan hasil kerjasama Effendi Ghazali berserta tim dengan Jakarta Televisi.

Wimar menegaskan dirinya ikhlas saja diberhentikan."Saya hanya minta adanya kejujuran dalam proses (pemberhentian) ini. Sudah biasa kok saya diberhentikan. Kalau sudah tidak sesuai kebutuhan, ya diberhentikan saja. Yang membuat saya penasaran, kenapa harus bilangnya Wimar berhalangan hadirlah."

Menyitir kalimat populer dari sebuah iklan rokok, "tanya kenapa?"

sumber :
berpolitik.com

No comments: